Pengharap


Matahari masih terbit di sebelah timur.
Sebuah isyarat bahwa hidup masih harus dijalankan.
Isyarat  bahwa masih harus merasakan hal yang tidak di inginkan.
Untungnya, juga isyarat bahwa masih bisa merasakan hal yang di inginkan.

Yin dan Yang, filosofi Tionghoa. Mengartikan bahwa semua hal berpasangan, hitam dan putih, siang dan malam, ditabrak dan menabrak, saya dan dia. 
Perihal yang satu ini, sepertinya hanya saya yang ingin berpasangan, dia tidak.

HAHAHA, maaf. Saya tertawa akan hal-hal yang saya lakukan untuk mendekatinya, seperti menonton sebuah video motivasi yang berbicara tentang konsistensi adalah hal yang bisa membuat wanita jatuh cinta, seperti rajin bertanya kabar, rajin berkomunikasi, dan semacamnya.

Tentu saja saya mencobanya, mencoba berkomunikasi melalui pesan online beberapa kali dalam semingu, memandang foto kecil di sebelah kiri atas dengan tulisan “online” dibawah namanya, berharap akan munculnya balasan di bawah pesan yang sampai kini berlabel tanda centang dua berwarna biru.

Namanya juga manusia, berharap sudah menjadi salah satu sifat alami.
Namun saya lupa, selayaknya Yin dan Yang, harapan pun begitu, ada yang terpenuhi dan ada yang tidak.

Serial Netflix yang berjudul “Sex Education” menjadi pengalih pikirian saya yang terpaku pada sosoknya.
Bukan, bukan karena serial ini membahas soal sex makanya saya teralihkan, tapi karena memang serial ini bagus dan menghibur, dari segi konsep, penokohan, serta alur cerita.

Di episode 7, Otis ( pemeran utama ) menyelamatkan Liam yang ingin bunuh diri karena cinta yang ditolak.
Menggunakan kata-kata yang membisukan saya beberapa saat, dan anggukan kepala yang menandakan respon tubuh setuju dengan fakta dan logika yang disampaikan Otis.

“Sometimes, the people we like don't like us back, and it's painful, but there's nothing we can do about it”

“And sometimes, you meet someone who feels the same way. And, sometimes, you're unlucky.”

But one day, you're gonna meet someone who appreciates you for who you are.
I mean, there's 7 billion people on the planet.
I know one of them is gonna climb up on a moon for you”

Harusnya saya merespon perkataan Otis yang berdurasi dua menit selayaknya Liam, tersadar dari patahnya harapan.
Namun Liam dan saya adalah pengharap yang berbeda, saya adalah pengharap yang sangat-sangat hebat.

Buktinya, sampai saat ini harapan saya masih hidup, harapan bahwa saya dan dia mungkin menjadi bagian dari filosofi Tionghoa, harapan bahwa kata-kata dari Otis bukan untuk saya, harapan bahwa akan datangnya waktu untuk kita bertatap muka , datangnya waktu bagi pesan yang berlabel centang dua biru mendapat balasan, dan datangnya waktu untuk saya dan dia berbicara tentang sisa 6,998 milyar manusia lainnya sampai matahari terbit dari sebelah barat.

2 komentar

My Instagram